Jejak Puluhan Ribu Jiwa Keturunan Indonesia Di Suriname, Negara Eks Kolonial Belanda



Jambitransnews.com
- Suriname merupakan negara dengan penduduknya memiliki beragam secara etnis. Salah satu etnis yang besar di sana adalah etnis Jawa.

Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui ada komunitas besar keturunan Indonesia yang tinggal di Suriname, yaitu negara bekas koloni Belanda yang terletak di Amerika Selatan itu.

Meskipun mereka telah ada di sana selama beberapa generasi, banyak dari mereka masih mengakui diri sebagai orang Jawa. Bahkan meskipun sangat sedikit yang pernah mengunjungi pulau Jawa atau mempertahankan hubungan keluarga di sana.

Tetapi mereka berbicara dalam versi kreolisasi dari bahasa Jawa, nama-nama Jawa muncul di semua lapisan masyarakat dan unsur-unsur budaya Jawa (seperti masakan) telah mempengaruhi budaya bangsa kawasan Karibia ini.

Berdasarkan data Worldometers, total penduduk Suriname per 16 September 2020 mencapai 587.727 jiwa. Lebih dari 70.000 penduduk di sana merupakan orang Jawa.

Menurut Hein Vruggink, dalam Surinaams-Javaans – Nederlands Woordenboek (2001), sekitar 70 persen orang Jawa di Suriname berasal dari Jawa Tengah, 20 persen dari Jawa Timur, dan 10 persen dari Jawa Barat.

Indonesia sendiri telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1976 hingga saat ini. Sebuah keakraban puluhan tahun.

Dengan adanya penempatan Kantor perwakilan pemerintah Indonesia di negara Suriname telah menyatukan hubungan tali persaudaraan kedua negara.

Selanjutnya: Indonesia dianggap saudara tua Suriname...

Indonesia yang dianggap saudara tua Suriname, dikarenakan adanya masyarakat jawa menjadikan penduduk asli Suriname memberikan jalan keluar tersendiri bagi Suriname dalam hal penerimaan bantuan, hingga memenuhi segala bentuk jenis kerjasama, termasuk dalam pembangunan negara tersebut

Sejarah Orang Jawa di Suriname

Alasan adanya puluhan ribu orang keturunan Jawa tinggal di Suriname berkaitan dengan penghapusan perbudakan dan pentingnya sistem perkebunan di koloni ini. Pada tahun 1863, lebih dari 33.000 pemerintah Belanda membebaskan budak di Suriname.

Suku Jawa sudah berada di Suriname sejak akhir abad ke-19, di mana angkatan pertamanya dibawa oleh kolonis Belanda dari Indonesia atau dulunya disebut Hindia-Belanda. Jawa yang dijadikan sebagai sumber tenaga kerja alternatif.

Upaya awal untuk mengimpor orang dari Jawa menjadi sia-sia karena pemerintah Belanda tidak mengizinkan migrasi orang Jawa ketika ada kemungkinan untuk mendapatkan tenaga kerja di India. Namun gerakan merekrut orang Jawa mulai menguat pada tahun 1880-an karena perubahan iklim politik di India.

Meskipun awalnya terdapat keraguan dari pemerintahan Belanda untuk emigrasi orang Jawa pada 1887 dengan alasan bahwa penduduk Jawa tidak cenderung untuk bermigrasi ke Suriname yang jauh dan tidak dikenal.

Setelah lobi-lobi berat dari perkebunan dan pejabat Suriname, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengizinkan percobaan pertama dengan seratus migran kontrak Jawa pada tahun 1890.

Selanjutnya: Secara total, hampir...

Secara total, hampir 33.000 orang Jawa bermigrasi ke Suriname pada periode 1890-1939. Jawa Tengah dan daerah dekat Batavia (Jakarta), Surabaya dan Semarang merupakan daerah rekrutmen utama. Hanya 20 hingga 25 persen migran Jawa yang kembali ke negara asalnya sebelum Perang Dunia II. Sebagian besar imigran menetap secara permanen di Suriname.

Tradisi budaya Jawa terbukti kuat, meski perubahan dan adaptasi di Suriname, misalnya dalam bahasa, tak terelakkan. Namun generasi kedua dan selanjutnya masih mengidentifikasi dengan negara asal mereka.

Pemerintah Suriname juga aktif mempromosikan keberlangsungan budaya Jawa pada masa sebelum Perang Dunia II.

Pada 1930-an, gubernur memprakarsai proyek 'Indianisasi' untuk mengisi koloni dengan petani kecil Jawa, yang akan menetap di desa-desa bergaya Jawa (desa) lengkap dengan kepemimpinan agama dan sipil mereka sendiri. Program ini terputus oleh perang.

Secara politis, pentingnya kelompok penduduk Jawa tidak terbantahkan. Orang Jawa sering memegang keseimbangan antara kelompok Afro-Suriname dan Hindustan yang lebih besar dan lebih kuat (bekas orang Indian Inggris).

Secara demografis, orang Jawa telah lama menjadi kelompok populasi terbesar ketiga di Suriname. Tetapi etnis Maroon yang merupakan keturunan budak yang melarikan diri, secara tipis melampaui mereka dalam sensus terakhir Suriname pada tahun 2004. Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda. Sampai sekarang keturunan Jawa di sana mereka tetap menuturkan bahasa Jawa.


Sumber :TEMPO.CO